Posted by : ALFIAN AJI WAHYUDI
Rabu, 03 April 2013
alexander andries maramis
Silahkan
disimak mengenai Biografi Pahlawan Republik Indonesia untuk mengenang
jasa pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia Kita
tercinta Ini. silahkan Lihat Biografi AA Maramis Pahlawan asli Manado
Mr. Alexander Andries Maramis
(lahir di Manado, Sulawesi Utara, Hindia Belanda tahun 1897 – meninggal
di Indonesia tahun 1977; usia 79/80 tahun) adalah anggota KNIP, anggota
BPUPKI dan Menteri Keuangan pertama Republik Indonesia dan merupakan
orang yang menandatangani Oeang Republik Indonesia pada tahun 1945. Adik
kandung Maria Walanda Maramis ini menyelesaikan pendidikannya dalam
bidang hukum pada tahun 1924 di Belanda.
Pada waktu Agresi
Militer Belanda II, AA Maramis berada di New Delhi, India dan ditugasi
untuk memimpin Pemerintah RI dalam pengasingan. Ia kemudian menjadi
Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Darurat yang diketuai oleh Sjafruddin
Prawiranegara.
A.A. Maramis (Alexander Andreis Maramis)
Ketika
dilahirkan pada tahun 1897, tidak ada seorang pun yang berani menduga
bahwa anak itu kelak akan menjadi tokoh yang disegani dan disenangi.
Secara diam-diam ia tumbuh di besarkan di tengah-tengah keluarga petani
yang kebetulan memiliki kemampuan ekonomi di atas rata-rata petani
Minahasa pada zaman itu. Ia memperoleh perlakuan kasih saying dari kedua
orang tuanya. Begitu halnya dengan saudara saudaranya.
Setelah
cukup usianya maka ia disekolahkan seperti anak-anak lain pada
umumnya. Sementara menuntut ilmu di ELS dimana diajarkan bahasa
Belanda, ibunya meninggal dunia. Ia merasa sangat kehilangan dengan
meninggalnya ibunya yang amat dicintainya. Ayahnya kemudian kawin lagi.
Kota Jakarta memiliki arti teersendiri untuknya, disamping Manado. Di
sana ia harus tinggal dan bergaul di rumah keluarga Belanda, selain
harus menuntut ilmu dan mengikat persahabatan dengan kawan-kawan
sekolahnya di HBS. Ia mulai mengerti mengapa ia harus belajar bahasa
dan kebudayaan Belanda.
Kegunaan
praktis bahasa dan kebudayaan Belanda dan wawasan kenasionalan yang
baru dan mulai melembaga, telah menempa jiwanya Alex Maramis yang sedang
beranjak dewasa. Setelah lulus HBS, maka bertiga dengan Ahmad
Soubardjo dan Datuk Pamanjuntak dari Sumatra Barat, mereka pergi ke
negeri Belanda untuk menuntut ilmu. Tapi di negeri Belanda situasinya
berbeda dengan di Jakarta, apalagi Manado. Udara kebebasan yang mereka
hirup di Eropa sama sekali tidak pernah mereka alami di Indonesia. Para
mahasiswa kita mulai bergerak kea rah persatuan dan kesatuan diman
Alex Maramis berada di tengah-tengah arus yang sedang membanjir itu.
Indische Vereninging yang mereka bentuk sejak 1908 di ganti atas
persetujuan bersama menjadi Perhimpunan Indonesia. Kebanggaan identitas
Indonesia telah berkecambah dan mulai menguasai alam pikirannya.
Sebagai
seorang sarjana hukum, Alex Maramis kembali ke Indonesia pada tahun
1924. Sebenarnya dapat bekerja untuk kepentingan colonial, tetapa hal
itu tidak dilakukukannya. Satu-satunya cara adalh bekerja sebagai
Advokat dan pengacara di mana ia dapat langsung mendengar
keluhan-keluhan rakyat tertindas., sebagaimana yang dilakukan oleh
ayahnya. Namun masa lalu telah membuat Alex Maramis siap untuk mencintai
dan di cintai seorang janda muda keturunan Belanda: Elizabet Marei
Diena Veldhoedt. Kedunya sepakat untuk menikah pada tahun 1928, dua
tahun setelah Alex Maramis pindah ke Palembang. Sekarang ia mempunyai
seorang anak tiri yang dibwaw masuk istrinya ke lingkungan keluarga
mereka. Sebagai awal tanda kasihnya terhadap anak itu, ia menamakannya
Lexy Maramis.
Sejalan
dengan keanggotannya dalam Perhimpunan Indonesia, maka ketika PNI di
bentuk tahun 1927, ia masuk menjadi anggota. Ketika para pimpinan
partai itu di tangkap dimana-mana, ia sedang di Palembang dan terhindar
dari tindakan pemerintah colonial pada waktu itu. Sejak masih di negeri
Belanda, ia sudah berkata kepada teman-teman seperjuangannya dalm
Perhimpunan Indonesia bahwa perjuangan tidak hanya membutuhkan
perjuangan yang matang dan sasaran yang jelas. Di lain pihak, perjuangan
membutuhkan pula kesiapan dana untuk menunjang perjuangan itu sendiri,
suatu hal yang tidak dilakukan oleh PNI. Hal ini nyata dengan
diangkatnya Alex Maramis dalam tiga masa jabatan sebagai Menteri
Keuangan dimasa revolusi diman perjuangan nasional sangat membutuhkan
dukungan dana. Pada masa itu, ia ikut mendirikan KRIS dan mengantar
penyelundupan emas dan opium ke luar negeri setelah berhasil menembus
blikade musuh.
Dalam
beberapa situasi yang kritis dan menentukan, ia selalu tampil ke
depan. Ia ikut menandatangani Piagam Jakarta. Sebagai Menteri keuangan,
ia mengambil alih jabatan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri agar
PDRI dapat berfungsi melanjutkan perjuangan pada masa itu. Kejujuran
dan hasil perjuangannya selam menjabat Menteri keuangan, di lengkapi
pahit getir yang di kecapnya. Antar lain sebagai Duta Istimewa dengan
kuasa penuh untuk memeriksa administrasi keuangan dan dan personil di
perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri. Jabatannya sebagai
Penasehat Delegasi ke perundingan KMB di negeri Belanda. Aknirnya
menjadi Duta Besar di berbagai Negara. Ke semua jabatan itu menuntut
pengabdian yang tinggi dan jiwa besar seorang pemimpin seperti Alex
Maramis ini.
Selama
itu ia tetap menjadi seorang suami yang di kasihi, seorang ayah tiri
yang bijaksana, dan seorang anggota keluarga Maramis yang paling
menyenangkan. Penuh disiplin pribadi, jujur dalam nerbagai jabatan,
Diplomat yang pandai dan tahu harga diri nasional. Tepatlah ia apabila
orang menilainya “Sepi Ing Pmrih, Rame Ing Gawe”. Tidak pernah ia
menuntut jasa atau mengih janji. Alex Maramis, tokoh yang pernah
memegang berbagai jabatan menteri dan duta besar, puluhan tahun lamanya
hidupmiskin beserta keluarganya, jauh dari tanah air. Dan pada tahun
1977, ia di pianggil pulang ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sempurnalah sudah kehadirannya di dunia ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar
Posting Komentar